PAT Padi melalui Pompanisasi, Solusi Cepat Peningkatan IP dan Produktivitas Jabar
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menggalakkan program Perluasan Areal Tanam (PAT) melalui pompanisasi untuk meningkatkan produktivitas pertanian. BPSIP Jawa Barat, sebagai UPT Kementerian Pertanian, turut aktif menjalankan program ini. Kementerian Pertanian terus berupaya meningkatkan produksi beras nasional dengan memperluas lahan pertanian dan mengelola sumber daya lahan dan air yang ada.
Namun, upaya ini terhambat oleh tantangan besar yang dihadapi petani di Jawa Barat, salah satunya dampak perubahan iklim akibat fenomena El Nino. Seperti diketahui, Jawa Barat memiliki sebaran potensi pertanian sebesar 70,5 persen, menjadikan sektor ini sebagai tulang punggung perekonomian daerah. Sektor pertanian di Provinsi Jawa Barat berfungsi strategis sebagai lumbung pangan nasional, menopang kebutuhan bahan pangan pokok terbesar di Indonesia, terutama padi/beras.
Musim panen raya sudah dimulai pada akhir bulan April hingga awal Mei 2024. Selanjutnya musim tanam akan dilaksanakan pada bulan Juni. Namun berdasarkan prakiraan BMKG, setelah bulan Mei curah hujan akan terus menurun sehingga dikhawatirkan akan terjadi kekeringan dan berpotensi gagal panen.
Menghadapi hal ini, perlu upaya ekstra untuk memanfaatkan ketersediaan air yang ada. Pompanisasi merupakan solusi cepat yang bisa dipilih untuk menghadapi masalah cuaca. Kementerian Pertanian sudah mengantisipasi hal tersebut dengan memaksimalkan produksi sawah tadah hujan atau padi gogo melalui kegiatan pompanisasi.
Di Jawa Barat, terdapat potensi sawah tadah hujan seluas 201.542 hektar yang dapat dipompanisasi serta potensi areal tanam padi gogo seluas 3.672 hektar.
Pompanisasi menjadi strategi efektif untuk meningkatkan produktivitas pertanian dengan memanfaatkan sumber air untuk mengairi lahan-lahan tadah hujan.
Teknik ini diterapkan pada lahan sawah tadah hujan yang memiliki akses sumber air permukaan seperti sungai, embung, atau waduk, dengan tujuan meningkatkan Indeks Pertanaman (IP). Perluasan areal tanam ini terfokus pada daerah-daerah dengan IP 100. Dengan demikian, pada musim kemarau pun produktivitas tetap terjaga dan kegiatan penanaman dapat terus dilakukan.
Ini memungkinkan petani untuk melakukan tanam berulang, dari satu kali menjadi dua, dua menjadi tiga, bahkan empat kali tanam dalam setahun, karena akses air tersedia sepanjang tahun.
Dengan memanfaatkan teknologi irigasi modern, distribusi air dapat dilakukan secara efisien, mengurangi ketergantungan pada curah hujan untuk mengairi lahan pertanian.
Dengan distribusi 4.100 unit pompa air yang sudah dilakukan oleh Kementerian Pertanian di Jawa Barat, dari target bantuan sebanyak 10.000 pompa air, maka sisa bantuan sebanyak 6.000 pompa air akan segera didistribusikan. Menurut Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, satu unit pompa air dapat melayani lahan sawah seluas 50-100 hektar. Dengan demikian, jika terpasang 10.000 unit pompa air, sawah yang dapat teraliri air mencapai 500.000 hektar. Inisiatif ini mendukung brigade alsintan untuk mencapai target produksi padi pada musim kemarau.
Distribusi pompa air yang meluas ke seluruh kabupaten/kota di Jawa Barat memberikan dampak positif dalam memperluas dan meningkatkan kualitas areal tanam, yang akan berkelanjutan dan memberikan manfaat ekonomi serta kesejahteraan bagi petani.
Langkah-langkah konkret dalam perluasan areal tanam dengan sistem pompanisasi meliputi identifikasi potensi lahan yang cocok untuk pertanian, perencanaan sistem pompanisasi yang sesuai dengan karakteristik setiap lokasi, serta pendampingan langsung kepada petani. Ini mencakup pelatihan penggunaan sistem pompanisasi, manajemen air, serta pemeliharaan infrastruktur pompanisasi.
Dengan mengintegrasikan langkah-langkah ini, diharapkan program pompanisasi dapat memberikan manfaat maksimal bagi petani dan kelangsungan produksi pertanian yang berkelanjutan. Langkah-langkah konkret tersebut tidak dapat dilaksanakan dengan maksimal tanpa kolaborasi dan sinergitas antara pemerintah, dinas terkait, TNI, Polri, kelompok tani, dan masyarakat.
Kolaborasi lintas sektor perlu dilakukan agar target tanam di Provinsi Jawa Barat dapat tercapai.
Dengan kerjasama yang solid, diharapkan sektor pertanian dapat terus berkembang, meningkatkan Indeks Pertanaman, memperkuat produksi pangan nasional, serta memberikan kontribusi besar bagi pembangunan dan kesejahteraan petani di Jawa Barat.